Kasus Mutilasi Setiabudi 13

 




Kasus Setiabudi 13 adalah sebuah kasus kriminal dari seorang pria tak teridentifikasi yang ditemukan dalam keadaan meninggal termutilasi pada tanggal 23 November 1981 di trotoar Jalan Jenderal Sudirman, Setiabudi, Jakarta.
Kasus Setiabudi 13 ini membuat gempar se Indonesia pada saat itu, kejadian ini merupakan catatan kelam dalam sejarah bangsa kita, karena selain penghilangan nyawa, kasus ini juga di sertai dengan tindakan pemotongan tubuh korban yang di sebut sebagai kasus mutilasi pertama di Indonesia, dan mirisnya lagi kasus ini belum terpecahkan sampai sekarang, dan kasus ini malah menjadi inspirasi "Bagi pra pelaku lain nya dalam melakukan tindakan kriminal serupa".
 

kronologi setiabudi 13


Kasus ini bermula pada pagi hari, Pada tanggal 23 November 1981, dimana dua orang satpam yang bernama Suryadi Jaya & Ade Sumarna, yang bekerja di PT. Garuda Mataram Motor. Mereka sedang bersiap-siap berangkat kerja seperti biasanya, anehnya pada saat itu di perjalanan menuju kantor mereka melihat ada sesuatu yang berbeda dari biasanya. Di Trotoar jalan sudirman tepatnya sekitar persimpangan jalan di kawasan Setiabudi Jakarta Selatan, mereka melihat ada dua kardus tergeletak di sana, awalnya mereka merasa tidak ada yang aneh pada kedua kardus tersebut, sampai pada akhirnya pada saat mereka mendekati kedua kardus itu, kedua satpam itu mencium bau anyir yang bersumber dari kedua kardus tersebut, tadinya mereka mengira kardus tersebut adalah sampah biasa, tetapi lama kelamaan baunya semakin pekat dan keberadaan kardus itu mulai mengganggu kenyamanan sekitar. Pada saat itu mereka tidak berani membuka kedua kardus tersebut, mereka sudah mulai curiga pada isi kardus tersebut, mereka meyakini apabila kardus itu hanya sampah biasa tentu tidak akan mengeluarkan bau anyir yang sangat menyengat dan banyak juga lalat hijau yang berterbangan di kedua kardus tersebut. Padahal pada saat itu jalanan sedang ramai-ramai nya, dimana di lokasi itu dulunya terdapat jembatan penyebrangan orang-orang, dimana banyak orang yang berlalu lalang pada saat itu,  tetapi sama seperti Suryadi Jaya & Ade Sumarna, orang-orang yang melintas di sana tidak ada yang berani satupun membuka kardus mencurigakan tersebut, meskipun mereka sudah semakin curiga mereka tidak ingin bersikap gegabah, karena Suryadi Jaya & Ade Sumarna lebih memilih untuk melaporkan nya pada Polisi, dan tidak jauh dari lokasi di temukannya kardus tersebut kebetulan terdapat Pos Polisi, dan di sana juga ada beberapa Polisi Lalu Lintas yang sedang bertugas, tetapi sayangnya laporan dari kedua satpam tadi tidak langsung di tindak lanjuti oleh polantas tadi, bukan tanpa alasan karena pada pagi hari itu arus lalu lintas Jalan Sudirman sedang Padat-Padatnya, dan polisi polisi yang berada di sana lebih menyelesaikan tugasnya dalam mengurangi kemacetan, dan saking macetnya para polis kewalahan, dan tanpa sengaja mereka melupakan laporan yg di sampaikan oleh Suryadi Jaya & Ade Sumarna, dan tidak sempat mengecek dua kardus tersebut.

Lalu datanglah kedua orang Pemulung yang sedang mencari sampah di kawasan itu, kedua pemulung itu sangat senang melihat kardus di trotoar itu, karena mereka berharap dapat menemukan sesuatu yang bisa di ambil dari kardus itu, walau kardus tersebut bau dan di penuhi banyak lalat tanpa berfiki panjang kedua pemulung itu langsung membuka kedua kardus tersebut. Ketika mereka membuka kardus tersebut mereka di kejutkan oleh isi kardus tersebut  yang berisi tumpukan daging dan tulang-belulang manusia, lalu kedua pemulung tersebut langsung menjerit histeris yang mengundang orang-orang untuk datang dan berkerumun di sumber suara. Dengan posisi kardung yang sudah terbuka mudah juga bagi orang-orang disana untuk mengetahui isi dari kedua kardus tersebut, sama seperti kedua pemulung tersebut orang-orang yang melihat isi dari kardus itu seketika ikut menjerit. 
 
Isi dari kardus pertama berisi potongan daging dan organ dalam yang di bungkus dengan plastik yang terbuka, sementara kardus kedua berisi tulang-belulang manusia, kepala manusia, dan potongan tangan yang mencuat keluar. Sudah jelas sekali isi kardus tersebut adalah jasad manusia. Dengan adanya temuan itu orang-orang langsung melaporkan kepada polisi tentang isi kardus tersebut. Polisi pada awalnya tidak percaya atas laporan itu, karna kasus ini terjadi pada tahun 1981 dan di sebut sebagai kasus mutilasi pertama di Indonesia, pada masa itu sebelumnya tidak ada kasus serupa yang pernah terjadi, atau mungkin pernah ada tetapi tidak terungkap di media, tetapi polisi belum pernah mendengar kasus seperti itu, dan terdengar janggal sekali bagi polisi mendengar laporan bahwa telah di temukan potongan manusia dalam kardus. Meski polisi sempat mengira itu adalah potongan daging sapi, waktu polisi mengecek langsung ke TKP, di situ mereka langsung tercengang dengan apa yang mereka lihat, polisi dengan jelas melihat bahwa apa yang di laporkan oleh warga tadi ternyata benar adanya, betul berisi potongan tubuh manusia, karna kasus itu masih sangat baru, polisi yang datang ke lokasi tidak ingin gegabah, mereka sangat ber hati-hati dalam menangani dan meminta bantuan dari tim ahli. 

Pada saat itu polisi langsung menghubungi LKUI (Lembaga Kriminologi Universitas Indonesia) , dan meminta mereka untuk mengirimkan bantuan tim Dokter ke lokasi kejadian. Tim Dokter diminta untuk memeriksa langsung bagaimana kondisi jasad dalam kedua kardus tersebut, dan untungnya LKUI langsung merespon laporan ini dengan cepat, lalu tim Dokter tiba di lokasi tersebut dan memulai pemeriksaan. Dalam laporan awal pemeriksaan Dokter mengatakan bahwa korban didalam kardus ini kemungkinan telah di hilangkan nyawanya beberapa hari sebelum kedua kardus ini di temukan, hal itu tampak dari adanya proses pembusukan yang sudah mulai terjadi. Dokter juga mengkonfirmasi bahwa kardus pertama berisi potongan daging dan organ dalam termasuk Paru-Paru, Jantung, dan Limpa, lalu kardu kedua berisi kepala yang masih utuh, dan juga tulang belulang sebanyak 13 potong tulang. Karena mereka tidak mengetahui identitas jasad tersebut, maka kasus tersebut di sebut sebagai kasus Setiabudi 13 seperti di judul, Setiabudi menunjukan lokasi kardus itu di temukan, yaitu di Setiabudi Jakarta Selatan, dan angka 13 ini mengacu pada jumblah tulang yang terdapat pada kardus tersebut. Tetapi ada yang menyebutnya juga sebagai Pesona 13, ada juga yang menyebutkan Setiabudi 1981, tetapi lebih dikenal sebagai SETIABUDI 13.

Setelah pemeriksaan awal kardus tersebut langsung di evakuasikan untuk di periksa lebih lanjut oleh tim forensik.

Pemeriksaan Tim Forensik



Lalu kedua kardus itu di bawa ke Rumah Sakit Nasional Dr Cipto Mangunkusumo. untuk menghindari kerusakan organ tanpa menunggu waktu yang lama pemeriksaanpun langsung di lakukan. Pemeriksaan ini di pimpin oleh seorang Dokter forensik yang bernama Dokter Abdul Mun'im Idris, seorang ahli forensik di Indonesia. Beliau di buat kaget pada kasus Setiabudi 13 ini, karna sang pelaku sampai mengiris dengan sangat rapih daging korban hingga terpisah dari tulangnya hingga bersih, hingga memotong daginya menjadi 180 bagian. Selain daging korban yang di potong rapih, pelaku memisahkan organ dalamnya dengan cara yang sama, dimana organ-organ dalam tersebut disayat dengan rapih hingga diambil dalam keadaan yang masih utuh, dan untuk 13 potong tulang, beliau meyakini bahwa pelaku melakukannya dengan menggunakan gergaji besi, hal ini tampak dari adanya bekas gesekan kecil di setiap potongan tulang. Melihat potogan yang sangat rapih ini  tim forensik sepakat bahwa pelaku Setiabudi 13 ini sudah pasti bukan orang sembarangan, mereka menduga bahwa pelakunya besar kemungkinan lebih dari satu orang. Tim forensik mengatakan bahwa untuk bisa mengupas daging manusia apalagi dengan hasil serapih itu, tentu tidak bisa di lakukan dengan waktu yang singkat, untuk perbandingannya saja tim forensik yang sudah ahli butuh waktu lebih dari 2 jam untuk bisa membedah mayat. tapi anehnya dari hasih pemeriksaan tim forensik menduga bahwa pelaku ini dapat melakukan hanya dalam waktu 3-4 jam saja, itulah mengapa mereka sepakat bahwa pelakunya lebih dari 1 orang.

Tim forensik bekerja keras mengumpulkan informasi penting yang terdapat dalam jasad korban itu, untuk membantu tim kepolisian mengungkap identitasnya. Untuk mengetahui identitas tersebut Dokter Mun'im menyusun kembali semua potongan anggota tubuh korban itu, hingga menyerupai jasad yang utuh. Ketika jasadnya selelsai di susun, Dokter Mun'im kembali di buat heran karena menemukan ada banyak sekali anggota tubuh yang bisa di bilang cukup krusial sekali dalam penyelidikan kasus, justru tidak di rusak oleh sang pelaku, pelaku membiarkan wajah, telapak tangan, telapak kaki, dalam keadaan utuh. Lalu Beliau langsung membuat laporan tentang jasad yang baru saja di telitinya ini, beliau mencatat bahwa korban berjenis kelamin Laki-Laki, usianya sekitar 18-21 tahun, tingginya 165 cm, tubuhnya sedikit gempal dan tegap, selain itu di tubuhnya terdapat tahi lalat yang menonjol. Dan perkiraan Beliau korban ini di hilangkan nyawanya pada tanggal 21 November 1981, atau dua hari jasad di temukan. Dan dokter menduga bahwa korban mengidap penyakit fimosis. Setelah jasad di susun kembali Dokter menemukan ada beberapa bagian tubuh korban yang hilang, yaitu anus, kantong kemih, dan juga pankreas. Lalu polisi dengan cepat langsung melakukan tim investigasi.

Tindakan Tim Investigasi


Polisi mencari bukti-bukti saksi yang ada di TKP, tetapi sayangnya tidak banyak saksi yang bisa polisi temui, meskipun TKP berada di lokasi yang ramai dan padat lalulintas, nyatanya warga tidak mengetahui kardus tersebut, kapan dan bagaimana kardus tersebut berada di sana. karna pada saat itu CCTV belum sepasaran sekarang. Lalu polisi mencari bukti yang memang sudah ada, dimana polisi mencari tau asal muasal kantong plastik yang di gunakan untuk membungkus potongan tubuh korban ini. Kantong plastik pertama adalah bekas untuk membungkus buku, hal ini diketahui dari adanya stempel nama toko buku yang memang tertera disana, setelah dicari tau toko buku ini terletak di jalan pasar baru. Sementara kantong plastik kedua berbeda dengan kantong plastik pertama, kantong plastik kedua ini berasal dari supermarket yang letaknya tidak jauh dari kawasan pasar baru, dan selain kantong plastik tersebut, di dalam kardus itu juga di temukan ada koran yg tampak masih rapih beum terbuka, jumlahnya ada 3 exemplar untuk koran edisi sore pada tanggal 19 Agustus 198, tapi sayangnya setelah diselidiki lebih lanjut, bukti-bukti tersebut tidak membawa polisi ke petunjuk apapun dan investigasi inipun buntu, tetapi polisi masih mempunyai sidik jari korban dan wajah korban yg masih dalam keadaan utuh, dengan segera polisi menyebarkan info tentang penemuan jasad ini dan terkait dengan foto wajahnya.

Dan besok paginya setelah kabar ini tersiar, tanpa diduga kantor polisi langsung di datangi oleh ratusan orang, mereka yang mengaku kehilangan aggota keluarganya, untuk bisa di temukan apakah jasad tersebut adalah anggota keluarga mereka atau bukan. Tapi sayangnya setelah di cek satu-persatu dari ratusan orang tersebut, tidak ada satupun identitas keluarga mereka yang cocok dengan korban Setiabudi 13. Bahkan sampai tanggal 26 November 1981 tetap tidak ada laporan orang hilang yang cocok dengan korban Setiabudi 13. Mereka tidak punya clue tentang latar belakang korban Setiabudi 13, seolah olah korban cuma hidup sebatangkara, karna identitas korban belum juga diketahui dan tidak ada juga pihak keluarga yang datang untuk menjemput, akhirnya tim kepolisian pun memlilih untuk memakamkan jasad korban di TPU, Tegal Alur, Kalideres, Jakarta Barat. 

Dan pada saat itu Polisi hanya mampu memberikan kesimpulan atau dugaan, bahwa motif kejahatan ini adalah untuk balas dendam, karna cara pelaku yang sengaja meletakan jasad korban di kawasan ramai ini seolah-olah menunjukan bahwa pelaku ingin aksinya dilihat. yang mana hal ini membuat pelaku merasa puas. Muncul juga spekulasi dari masyarakat yang lebih spesifik lagi, dimana mereka percaya bahwa kasus Setiabudi 13 ini sengaja dilakukan pelaku untuk memamerkan kekejamannya kepada tim kepolisian Indonesia dengan menantang tim kepolisian. Tapi sayangnya dengan semua bukt-bukti itu, dan seluruh upaya di kerahkan, hingga saat ini 2023 kasus Setiabudi 13 tahun 1981 masih juga belum di pecahkan.

Dan setelah kasus Setiabudi 13 ini, mulailah di indonesia muncul kasus-kasus yang serupa yaitu penghilangan nyawa dan tidakan pemotongan tubuh korban. Misalnya pada tahun 1989 ada kasus penghilangan nyawa seorang guru TK bernama Nyonya Diah yang tubuhnya di temukan telah terpotong menjadi 7 bagian di Jalan Percetakan Negara Jakarta Pusat. Dan ada juga kasus serupa 2010 dimana seorang istri bernama Muryani tega menghabisi dan memotong tubuh suaminya yang bernama Karyadi karna masalah rumah tangga. Dan para pelaku kejahatan itu mengaku terinspirasi dari kasus Setiabudi 13.




Komentar

  1. wiih keren2 pembahasannya, sedikit saran saja jikalau ada postingan yg mengutip dri internet jangan lupa sertakan sumbernya dri mana-mana nya yaah naak

    BalasHapus
  2. untuk keseluruhan isi blog bagus nak, jikalau terdapat foto dan artikel yg mengutip dri org lain jangan lupa sertakan sumbernyaa yaah

    BalasHapus

Posting Komentar